Saat ditugaskan instalasi modul Inmarsat BGAN dan GPRS GPS LIPI ke Lamno, Banda Aceh, saya sangat bersemangat meski kurang jelas apa saya bisa jalan2 di Banda Aceh. Ternyata nasib baik, selesai memasang perangkat malam hari di Lamno, esok harinya pesawat ke Padang via medan baru siang menjelang sore. Artinya pagi, saya sempatkan jalan2 di Banda Aceh. Nostalgia saat saya masih TK dan SD, tinggal di Banda Aceh 1973 – 1981 di Lampaseh dan Lamtemen, yang keduanya juga menjadi korban tsunami.
Berikut perjalanan singkat dan promosi untuk Banda Aceh π
Makan malam di pinggir jalan tanpa atap, sepertinya di Banda Aceh tidak khawatir hujan ... di pinggir jalan seberang hotel Medan ... Makan malam selesai instalasi ... menunya sate Matang
Menu sate Matang terdiri dari sate dengan bumbu kacang, seperti sate Madura, tidak seperti sate Padang. Bedanya, kalau di jawa, bisa pilih beli sate, bisa beli soto. Sate Matang dapat dua2nya langsung. Jadinya makannya seru ... rasanya uenak ... apalagi habis capek + lapar. Kalau ke Banda Aceh, jangan lupa ke daerah ini ... tukang becak pasti tahu ... dekat pasar Penayong + depan hotel Medan (lucu juga di Banda Aceh malah ada hotel Medan π )
Menginap di hotel Lading, sebelah BI, dekat sungai besar Aceh. Foto saat hotel terkena tsunami ... wilayah sekitar ini relatif aman dari tsunami ... ada yang ngomong, meski wilayah berdekatan ada yang kena ada yang tidak ... mungkin tergantung amal juga ...
Buat mereka yang ada di Jawa, semoga menjadi inspirasi bahwa di Banda Aceh dan Medan, becak memakai motor, tidak diontel pake sepeda. Jadi larinya cepet, mirip seperti bajaj kalau di Jakarta .... Tidak jelas alasannya mengapa beda pulau bisa beda becaknya π
Masjid Raya Baiturrahman ... salah satu bukti kekuasaan Allah, yang tidak hancur kena tsunami tetapi menjadi shelter korban tsunami .... masukan juga di daerah rawan tsunami, dibuat masjid dengan kostruksi tahan gempa dan tsunami yang bisa menjadi shelter saat bencana di mana saat tidak ada bencana, menjadi tempat ibadah yang semoga menjadi pelindung gaib saat terjadi bencana ... harus dibangun dengan uang halal ...
Bersama teman dari EOS (Indonesia, Philipina) di depan masji daya Baiturrahman
Museum tsunami dari luar. Berada di seberang lapangan BlangBintang / BlangPadang. Warna abu2 dan external ornamennya, sepertinya diilhami dari anyaman keranjang masyarakat tradisional Aceh ...
Salah satu truk bantuan yang dipakai utk membantu korban tsunami, yang dijadikan monumen ...
Museum tsunami Banda Aceh. Di sebelah kanan, bangunan kuning bertingkat adalah SD Kristen Budi Dharma dan di sebelah kiri adalah kuburan kristen (lama) - ada di foto lain ...
Sisi lain luar museum tsunami
Mau masuk museum tsunami. Sempat bingung mencari2 loket utk beli karcis masuk .... yang ketemu malah tempat penitipan barang .... Ternyata baru tahu, ternyata museum sehebat ini tidak usah bayar - bisa keluar masuk bolak balik, lari lari sampe capek boleh .... alias GRATIS π hebat ...
Salah satu helikopter korban tsunami yang dijadikan monumen .. serem kali kalo malam
Pintu masuk terowongan / lorong tsunami ... Saat akan masuk, saya bingung bagaimana jalan ke dalamnya ... karena tidak ada lampu - redup sekali, ada suara2 air ... dingin ... ternyata berupa lorong tinggi yang tembok kiri dan kanannya dialiri air ... sempat ada air2 muncrat ... sehingga sulit foto karena gelap dan takut kena air ... lorong ini mungkin utk menunjukkan bagaimana tsunami itu tinggi airnya dan warnanya abu2 / gelap saat akan menerjang daratan ...
Auditorium setelah lorong tsunami. Kotak2 tsb berisi monitor yang mendisplaykan foto2 terkait tsunami .... Masukan buat pengelola : display komputer kabur mungkin karena pelindung LCD kurang baik ... gambar2 tidak ada deskripsi apalagi audionya ... kurang jelas apakah memang ada audionya atau lagi rusak ... yang jelas kalau orang masuk ke sana, muter2 bentar langsung keluar lagi ... banyak sekali display yang disiapkan .... Masukan juga, mungkin karena bukan musim kunjungan, tidak ada guide yang menjaga utk mengarahkan dan menjelaskan ....
Ruangan ini berbentuk seperti kerucut tinggi di mana ujunngnya bertuliskan ALLAH dan di dindingnya dituliskan sejumlah nama2 korban tsunami .... banyak sekali .... tambah serem ... cepat2 keluar saya ... rasanya gimana gitu ...
Lorong menanjak berputar dan membuat sedikit pusing saat melewatinya ... sepertinya memberikan sedikit bayangan bagaimana paniknya orang saat terjadi gempa dan tsunami ...
Atap dengan bendera2 negara yang berbartisipasi menolong tsunami di Aceh. Negara2 tsb diberikan monumen masing2 di lapangan BlangBintang berupa sepotong perahu yang tenggelam ...
Jembatan menanjak di atas kolam ... mungkin sebagai simbolis kesempatan untuk menyelamatkan diri dengan menyeberang dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi ... atau juga diilhami jembatan sirotol mustaqim ... yang bisa melewati jembatan ini hanyalah orang2 tertentu yang akan terselamatkan ... atau apapun ... maklum tidak ada petugas yang jaga π namun view ke bawah, ke atas, dan buat foto2 OK banget .... waktu itu ada juga pengantin baru yang foto2 di museum tsunami ... apa nggak serem ya ...
Maket museum tsunami, bentuknya melingkar dan naik, bergelombang seperti ombak tsunmami ...
Jembatan dan kolam ... di sekeliling kolam dihiasi batu2 bulat yang dipahatkan nama2 negara yg membantu korban tsunami
Prasasti tugu masing2 negara yang membantu korban tsunami di sekitar jogging track lapangan BlangBintang
Contoh salah satu prasasti, yang dipasang dalam bentuk sampan yang separo tenggelam ...
Monumen pesawat RI-001 Seulawah di Lapangan BlangBintang, masih dekat museum tsunami ... jalan kaki 1 menit ...
Tugu persimpangan jalan menuju bandara juga berupa simbol untuk mengingatkan tsunami
.
Filed under: provinsi, satelit | Tagged: aceh, banda aceh, bencana, berita, dunia, EOS, gempa, GPRS, GPS, inmarsat, internasional, lamno, LIPI, Meulaboh, museum, musibah, NAD, news, Tsunami | 1 Comment »